KONDISI DI CHINA: OVERQUALIFICATION MELONJAK
Fenomena overqualification (disebut juga overeducation atau overquality) di Tiongkok adalah isu yang semakin mencuat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi. Berikut penjelasan lengkapnya:
Overqualification terjadi ketika seseorang memiliki pendidikan atau keterampilan yang lebih tinggi daripada yang dibutuhkan oleh pekerjaannya. Contohnya:
Sarjana teknik bekerja sebagai kasir toko.
Lulusan S2 bekerja sebagai pengemudi ojek daring.
Kondisi di China
1. Jumlah Lulusan Melonjak
- Tiongkok menghasilkan lebih dari 11 juta lulusan perguruan tinggi per tahun (2023–2024), meningkat dari 7 juta pada tahun 2012.
- Pemerintah mendorong pendidikan tinggi, tetapi lapangan kerja yang sesuai tidak bertambah secepat itu.
2. Tingkat Pengangguran Kaum Muda Tinggi
- Pengangguran kelompok usia 16–24 sempat menyentuh di atas 21% pada 2023.
- Pemerintah akhirnya menghapus publikasi data tersebut karena terlalu mencolok.
3. Fenomena “Ant Tribe” (蚁族 / yǐ zú)
- Julukan bagi para lulusan universitas yang tinggal di permukiman sempit, bekerja di pekerjaan berupah rendah karena tidak mendapatkan pekerjaan layak.
- Banyak dari mereka S1 dan S2 dari universitas ternama, tapi berakhir menjadi staf administrasi, pelayan, atau kurir.
DAMPAK NEGATIF OVERQUALIFICATION
- Lulusan merasa gagal dan terjebak dalam pekerjaan tak sesuai harapan.
- Talenta yang seharusnya menciptakan inovasi justru dipakai untuk pekerjaan teknis.
- Orang tua yang berkorban untuk pendidikan merasa kecewa dengan hasilnya
- Penurunan produktivitas
DATA DAN FAKTA
- 25% lulusan baru (usia 22–30) bekerja di sektor di bawah kualifikasi mereka, seperti restoran, pabrik, atau logistik
- Istilah baru: “Tang ping” (躺平) atau “rebahan” – simbolisasi generasi muda yang menyerah dari ambisi karier tinggi karena sistem terlalu kompetitif.
- Banyak mahasiswa kini memilih studi lanjut (S2/S3) bukan karena passion, tetapi karena ingin menunda masuk dunia kerja yang tidak menjanjikan.
PENYEBAB UTAMA
1. Mismatch antara pendidikan dan pasar kerja
- Terlalu banyak lulusan jurusan sosial dan manajemen.
- Kebutuhan industri lebih pada vokasi, teknologi, AI, dan manufaktur.
2. Standar perekrutan terlalu tinggi
- Banyak perusahaan menetapkan syarat "harus lulusan top university", menyebabkan diskriminasi universitas bawah.
3. Kebijakan pendidikan yang tidak terintegrasi
- Pemerintah mendorong ekspansi universitas tanpa menyesuaikan kebutuhan dunia kerja.
4. Pergeseran Ekonomi
- Ekonomi Tiongkok mulai melambat, banyak perusahaan startup dan teknologi yang tutup atau mengurangi tenaga kerja.
0 Response to "KONDISI DI CHINA: OVERQUALIFICATION MELONJAK"
Posting Komentar